Resensi: Api Tauhid
By Administrator Sabtu, 10 Oktober 2015 - 22:37:14 WIB 0 Komentar Dibaca: 17372 kali

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

IDENTTAS BUKU

Judul            : Api Tauhid

Penulis         : Habiburrahman El-Shirazy

Penerbit        : Republika

Cetakan        : ke-1

Tebal            : 573 halaman

PENULIS

Sastrawan yang dinobatkan oleh INSANI UNIVERSITAS DIPONEGORO 2008 serta ditasbihkan sebagai TOKOH PERUBAHAN INDONESIA 2007 ini bernama Habiburrahman El-Shirazy. Ia dilahirkan di Semarang, 30 September 1976.

Kang Abik adalah nama panggilannya, ia telah merampungkan pendidikan s1 dan s2 nya di Universitas Al-Azhar Kairo. Berbagai aktivitas ia lalui selama di Mesir, nimbrung di berbagai organisasiseperti; MISYKATI, Masika ICMIbahkan memprakarsai FLP di kairo.

Penulis bertangan emas ini juga telah menggondol 7 penghargaan baik tingkat naisonal maupun Asia tenggara.

Disamping novelis, iaberprofesi sebagai da’i, sutradara, dan penyair. Banyak karya tulis fenomenal yang telah ia terbitkan, saat ini pun ia tengah menyusun kembali 2 novel lanjutan dari novel-novel sebelumnya. Sebagian besar karya tulisnya telah difilmkan.

 

SINOPSIS

Untuk menggugah semangat menuntut ilmu, Kang Abik kini mengangkat kisah inspiratif dari seorang ulama besar yang dibungkus dalam lantunan sastra yang sangat mempesona.Ia mencoba membakar ghirah pemuda umat Islam Indonesia yang hampir padam dalam arus globalisasi dan sekularisasi masa kini.

Sejarah nyata Sang Mujaddid Badiuzzaman Sair Nursi ia suguhkan dalam perjalanan sekelompok pemuda pencinta ilmu yang tengah melaksanakan wisata religi ke negeri Turki. Fahmi, Subki, Bilal, Emel dan Aysel benar-benar menikmati panorama wisata yang dilengkapi dengan cerita sejarah yang disampaikan oleh Hamzah dengan komprehensif.Inilah kajian historis dalam bingkaian drama sehingga mudah dipahami.

Kisah ini diawali sebuah masalah percintaan yang menimpa seorang mahasiswa s2 Al-Azhar, kesedihannya ia curahkan kepada Sang Pencipta, ia bertekad mengkhatamkan hafalan al-qur’annya sebanyak 40 kali di masjid Nabawi secara berkesinambungan. Namun niat tersebut kandas, karena ia harus di bawa ke Rumah Sakit akibat nge-drop nya kondisi badan yang tak ia hiraukan. Ali dan Subki sebagai sahabat dekatnya, mencoba merayu Fahmi untuk menceritakan masalah yang ia simpan rapi. Dengan berbagai ikhtiar, akhirnya fahmi menyampaikan bebannya kepada mereka.Sambil terbaring di Rumah Sakit, Fahmi terpaksa mengisahkan pernikahan sirri nya dengan Nuzula (putri Kiayi besar).Itulah yang menjadi alasan Fahmi merahasiakan pernikahannya karena Nuzula tidak boleh disentuh sebelum tuntas s1 nya di Jakarta. Lalu apa masalahnya hingga kau sedih? Tanya Ali dengan penuh penasaran. Fahmi menarik nafas dalam-dalam, dengan mata berbinar ia mengatakan bahwa secara tiba-tiba Kiayi Arselan (sang mertua) memintanya untuk menceraikan Nuzula tanpa alas an yang jelas. Sungguh ini sangat memukul perasaan Fahmi, hingga ibunya Fahmi dikabarkan masuk RS karena terkena serangan jantung disaat Kiai Arselan menyampaikannya langsung ke rumah Ibu. Inilah awal kisah wisata para penuntut ilmu, dalam kegalauannya Fahmi mampu meningkatkan cintanya kepada Allah SWT (dari hablum minan-nas menuju hablum minallah) melalui perkenalannya dengan sang Mujaddid Badiuzzaman Said Nursi. Namun sayangnya, rihlah ini tidak diikuti oleh Ali, karena ia mesti pulang kampung.

Hamzah – sang pemandu rihlah – menceritakan Said kecil dengan cemerlang, ia mampu menyihir teman-temannya mencintai sang Mujaddid. Said kecil begitu haus akan ilmu, didukung dengan kecerdasan yang luar biasa serta keberanian yang tiada tara telah mengantarkan Said kecil berguru ke beberapa Syeh dalam waktu yang sangat singkat. Bayangkan saja, belajar pada umumnya harus dicapai dengan 15 tahun, ia hanya butuh 3 pekan untuk mengkhatamkan kitab-kitabnya. Sungguh ini sangat luar biasa.Mungkin inilah alasan Allah SWT memberikan kelebihan kepadanya, kelak ia akan dihadapkan pada permasalahan umat yang sangat berat.

Kekacauan Turki, dengan ditandai runtuhnya khilafah Turki Utsmani ini telah memberikan kesempatan kepada Said Nursi yang bergerak di garda paling depan dalam membela agama Islam dan negaranya. Hingga ia terjerumus dalam perang Dunia I dan menjadi tawanan pasukan Rusia. Ia selamat dan kembali ke negerinya.

Tidak sampai disitu, sang Mujaddid menghapai tantangan lebih berat lagi, melawan runtuhnya Khilafah terhadap kemalisme yang tengah mengagungkan faham sekularisme. Pondasi aqidah dan syariat Islam yang telah tertanam kuat berusaha mereka hilangkan, adzan, membaca al-Qur’an, dan tulisan-tulisan berbahasa Arab dihapuskan dengan paksa.Bahkan manuscript serta buku-buku berbahasa Arab mereka jual murah untuk dijadikan bungkus makanan.Tidak lupa ulama-ulama pun ia kerangkeng dalam penjara.

Tekad penghapusan jejak Islam di tanah Nabi itu benar-benar akandihapus tanpa tertinggal sedikitpun. Istanbul sebagai ibu kota dipindahkan ke Angkara hanya karena khawatir rakyatnya ingat akan Islam. Kemal Atatur berhasil jadi presiden pertama dan khilafah dihanguskan untuk selama-lamanya dengan membuang dan membantai keluarga Khalifah terakhir. Para ulama menangis dan umat islam menjerit.

Keadaan ini membuat sang Mujaddid harus berpindah-pindah penjara hingga 25 tahun lamanya. Namun hikmah yang ia hasilkan ialah karya terbesarnyaRisala Nuryang menjadi api tauhid bagi rakyatnya yang tengah dikungkung oleh sekularisme kemalisme. Inilah langkah terakhir sang mujaddin melawan kelaliman kemalisme saat itu. Walhasil, mereka geram dan beberapa kali berusaha menghukum mati Sair Nursi namun selalu kandas.Hingga mereka meracunnya dengan dicampur dalam minumannya. Sejak saat itu, beliau mulai sakit-sakitan disampingusia  beliau mulai menua.Namun dalam kondisi demikian, beliau sempat menyaksikan pergantian presiden baru yang jatuh ke tangan partai democrat yang didirikan oleh Adnan Menderes.Inilah saat-saat Risalah Nur mulai bersinar.Dikotomi terhadap Islam mulai dihilangkan dan nilai-nilai Islam mulai dihidupkan kembali.

Tragedi detik-detik terakhir kehidupan sang Mujaddid tidak dibahas dalam novel ini, kang Abik mengharapkan para pembaca lebih mengenal sang Mujaddid dengan membaca refernsi lain.Begitu juga dalam resensi ini tidak menyertakan ending kisah cintanya fahmi dan Nuzula.Diharap pembaca menelaah sendiri dramanya dalam Novel ini.J

KESIMPULAN

Buku novel setebal 573 halaman ini tidak akan terasa disaat kita membacanya, secara tidak langsung, Kang Abik telah menyihir setiap pembaca betah dalam lantunan tinta emasnya.

Novel ini sungguh berbeda dengan novel yang lainnya, karena berisi kisah nyata yang penuh dengan inspirasi positif bagi kaum muda umat Islam Indonesia.Inilah jawaban terhadap kondisi Negara Indonesia saat ini.Perlu kiranya para pemuda Islam membaca buku Risalah Nur karya sang Mujaddid Badiuzzaman Said Nursi.

Peresensi: Dadan Hamdani

leave a comment